Sejarah & manfaat tanaman obat herbal
Mesir kuno
Pada zaman Mesir kuno (Tahun 2500 Sebelum Masehi), para budak diberi
ransum bawang untuk membantu menghilangkan banyak penyakit demam dan
infeksi yang umum terjadi pada masa itu.
Sejak itulah catatan pertama tentang penulisan tanaman obat dan
berbagai khasiatnya telah dikumpulkan oleh orang-orang mesir kuno.
Sejumlah besar resep penggunaan produk tanaman untuk pengobatan
berbagai penyakit, gejala-gejala penyakit dan diagnosanya tercantum
dalam (Papyrus Ehers). Pada saat itu, para pendeta Mesir kuno telah melakukan dan mempraktekkan pengobatan herbal.
Yunani kuno
Bangsa Yunani kuno juga banyak menyimpan catatan mengenai penggunaan tanaman obat yaitu Hyppocrates (Tahun 466 Sebelum Masehi), Theophrastus (Tahun 372 Sebelum Masehi) dan Pedanios Dioscorides (Tahun 100 Sebelum Masehi) membuat himpunan keterangan terinci mengenai ribuan tanaman obat dalam De Materia Medica.
Orang-orang Yunani kuno juga telah melakukan pengobatan herbal. Mereka menemukan berbagai tanaman obat baru, seperti rosemary dan lavender pada saat mengadakan perjalanan ke berbagai daratan lain.
Cina
Tanaman obat di Cina berlangsung sekitar 3.000 tahun yang lalu, ketika muncul penyembuhan kerapuhan tulang oleh dukun Wu.
Pada waktu itu, penyakit ini diyakini disebabkan oleh kekuatan jahat,
sehingga menurut dukun Wu diperlukan obat dari tanaman untuk mengusir
kekuatan jahat itu. Bahkan, bahan penyembuhan tertua dalam sejarah telah ditemukan di China, di mana makam seorang bangsawan Han ditemukan untuk menyimpan data medis yang ditulis pada gulungan sutra. Gulungan sutra berisi daftar 247 tumbuh-tumbuhan dan bahan-bahan yang digunakan dalam menyembuhkan penyakit.
Inggris
Di Inggris, penggunaan tanaman obat dikembangkan bersamaan dengan didirikannya biara-biara di seluruh negeri. Setiap biara memiliki tamanan obat masing-masing yang digunakan untuk merawat para pendeta maupun para penduduk setempat. Pada beberapa daerah, khususnya Wales dan Skotlandia, orang-orang Druid dan para penyembuh Celtik menggunakan obat-obatan dalam perayaan agama dan ritual mereka. Pengetahuan tanaman obat semakin berkembang dengan terciptanya mesin cetak pada abad ke 15, sehingga penulisan mengenai Tanaman-Tanaman Obat dapat dilakukan.
Sekitar tahun 1630, John Parkinson dari London menulis mengenai tanaman obat dari berbagai tanaman. Nicholas Culpepper ( 1616-1654 ) dengan karyanya yang paling terkenal yaitu The Complete Herbal and English Physician, Enlarged, diterbitkan pada tahun 1649. Pada tahun 1812, Henry Potter telah memulai bisnisnya menyediakan berbagai tanaman obat dan berdagang lintah.
Sejak saat itu banyak sekali pengetahuan tradisional dan cerita rakyat
tentang tanaman obat dapat ditemukan mulai dari Inggris, Eropa, Timur Tengah, Asia, dan Amerika, sehingga Potter terdorong untuk menulis kembali bukunya Potter’s Encyclopaedia of Botanical Drug and Preparatians, yang sampai saat inipun masih diterbitkan. Tahun 1864, National Association of Medical Herbalists
didirikan dengan tujuan mengorganisir pelatihan para praktisi
pengobatan secara tradisional, serta mempertahankan standar-standar
praktek pengobatan.
Indonesia
Di Indonesia, pemanfaatan tanaman sebagai obat-obatan juga telah berlangsung ribuan tahun yang lalu. Pada pertengahan abad ke XVII seorang botanikus bernama Jacobus Rontius (1592 – 1631) mengumumkan khasiat tumbuh-tumbuhan dalam bukunya De Indiae Untriusquere Naturali et Medica.
Meskipun hanya 60 jenis tumbuh-tumbuhan yang diteliti, tetapi buku ini
merupakan dasar dari penelitian tumbuh-tumbuhan obat oleh N.A. van Rheede tot Draakestein (1637 – 1691) dalam bukunya Hortus Indicus Malabaricus. Pada tahun 1888 didirikan Chemis Pharmacologisch Laboratorium sebagai bagian dari Kebun Raya Bogor
dengan tujuan menyelidiki bahan-bahan atau zat-zat yang terdapat dalam
tumbuh-tumbuhan yang dapat digunakan untuk obat-obatan. Selanjutnya
penelitian dan publikasi mengenai khasiat tanaman obat-obatan semakin
berkembang.
Faktor peningkatan penggunaan tanaman obat
Kecenderungan meningkatnya penggunaan obat tradisional didasari oleh beberapa faktor, yaitu:
- Pada umumnya, harga obat–obatan buatan pabrik yang sangat mahal,
sehingga masyarakat mencari alternatif pengobatan yang lebih murah.
- Efek samping yang ditimbulkan oleh obat tradisional sangat kecil dibandingkan dengan obat buatan pabrik.
- Kandungan
unsur kimia yang terkandung di dalam obat tradisional sebenarnya
menjadi dasar pengobatan kedokteran modern. Artinya, pembuatan
obat–obatan pabrik menggunakan rumus kimia yang telah disentetis dari
kandungan bahan alami ramuan tradisional.
Perawatan tanaman obat
tanaman
yang dipelihara di pekarangan rumah tidak memerlukan perawatan khusus,
baik sebagai bumbu dapur atau bahan obat. Perlakuan khusus dalam budi
daya tanaman obat dilakukan dalam skala usaha, dengan tujuan untuk
memperoleh kualitas dan kuantitas hasil yang optimum. Kegiatan pemupukan
dan pengandalian hama penyakit tanaman perlu dilakukan. Kegiatan ini
sangat erat hubungannya dengan penggunaan bahan kimiawi yang terkandung
dalam pupuk atau pestisida. Pemakaian bahan kimiawi dapat mencemari
lingkungan, baik tanah maupun air, dan yang paling berbahaya residu yang
dihasilkan akan terakumulasi dalam produk tanaman yang dihasilkan.
Untuk itu, perlu diperkenalkan sistem budi daya yang tidak tergantung
pada bahan-bahan kimia. Sistem ini dikenal dengan istilah pertanian
organik. Dalam budi daya tanaman obat dapat dimanfaatkan pupuk organik
untuk menambah unsur hara mineral yang dibutuhkan tanaman. Pupuk organik
yang digunakan di antaranya adalah pupuk kandang, bokhasi, kompos,
humus, sampah dapur, dan serasah daun. Selain itu, sebagai bahan
pengendali hama penyakit tanaman, dapat dimanfaatkan pestisida alami
yang terdapat di sekitar rumah, seperti tanaman babadotan (Ageratum conyzoides), sirsak, lantana, dan daun tembakau. (sumber: http://id.wikipedia.org)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar